Pada awalnya manusia cukup mengandalkan berburu ikan di sungai, rawa, waduk, atau laut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian sekarang banyak yang kemudian beralih ke budidaya ikan. Awalnya budi daya ikan hanya dilakukan dengan membendung air di sungai, tanpa harus memberikan pakan. Setelah besar, ikan baru di panen.
Akuakultur sudah dikakukan manusia sejak 3500 SM, dengan membudi-dayakan ikan mas (cyprinus carpio) di kolam-kolam pemeliharaan di China. Dokumen tertua tentang budidaya ikan berjudul Classic of Fish Cultur ditulis oleh seorang politisi dan administrator China bernama Fan Li. Dalam dokumen yang diterbitkan tahun 475 SM itu dijelaskan tentang konstruksi kolam, seleksi induk, pengelolaan kolam dan stocking ikan.
Di Mesir, budidaya ikan dilakukan sebagai bagian dari pengembangan irigasi dengan spesies utama ikan tilapia (sejenis mujahir / nila). Orang mesir telah membuat patung ikan tilapia pada tahun 2000 SM.
Di Indonesia, budidaya ikan sudah dilakukan sejak abad XIV semasa kerajaan hindu berkuasa di tanah Jawa. budidaya ikan di tambak dilakukan dengan menebar benih ikan bandeng yang ditangkap dari muara sungai atau pantai. Berdasarkan data pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1821 sudah dicetak tambak seluas 32.389 Ha di pesisir utara Jawa. (Eko, Budi K., 2009).
Dilihat dari perkembangan peradaban manusia, teknologi akuakultur dibagi menjadi 7 fase, yaitu sebagai berikut:
- Fase 1: Membendung atau memagari sebagian kecil sungai dan ikan-ikan yang terperangkap dijaga agar tidak dimakan predator. Ikan-ikan tersebut dibiarkan saja tanpa diberi pakan dan ditunggu hingga besar.
- Fase 2: Membangun kolam-kolam budidaya sehingga makanan alami seperti algae bisa tumbuh. Usaha ini disebut sebagai bertani ikan.
- Fase 3: Kolam yang dibuat diberi pupuk sehingga algae bisa tumbuh lebih baik. Budidaya ikan fase 3 ini masih berlaku di negara-negara sedang berkembang, yaitu di Indonesia, Malaysia, Filipina, India, dengan membuat kolam, tambak, balong.
- Fase 4: Budidaya ikan di kolam dengan menggunakan pupuk organik dan un-organik serta pakan tambahan. Kadar oksigen dalam air ditingkatkan dengan menggunakan kincir. Fse ini juga telah berkembang di Indonesia. Praktik yang dilakukan di negara maju telah memunculkan masalah toxic algae bloom seperti yang terjadi di Eropa.
- Fase 5: Keterbatasan carring capacity pada kolam, tambak, dan balong diatasi dengan mengalirkan air didalam kolam secara kontinyu. Kecepatan air disesuaikan dengan biologi ikan yang dipelihara. Aliran air di dalam kolam dapat menekan pertumbuhan algae, sementara pemberian pakan tambahan dikontrol dengan baik.
- Fase 6: Teknologi budidaya air lebih ditingkatkan dengan ketepatan pengaturan aliran air di dalam kolam, oksigen terlarut lebih tinggi, carring capacity yang meningkat dan produksi yang juga naik. Budidaya air pada fase ini banyak diterapkan untuk ikan laut, air payau dengan air pasang yang baik. fase ini juga banyak membantu budidaya invertebrata laut.
- Fase 7: Produksi ikan mencapai maksimum bila laju water turn over melalui kolam bisa maksimum. Setiap ikan menghendaki suatu volume air tertentu agar tahan hidup dan tumbuh. Faktor kebutuhan volume air tertentu itulah yang dimaksud dengan space factor. Untuk menghilangkan keterbatasan space factor diusahakan sirkulasi air deras yang dengan cepat dapat membuang kotoran agar tidak terjadi kekurangan oksigen dengan jalan menggunakan filter dan pompa sirkulasi air. Dalam 7,8 liter dapat dipelihara 14 ekor salmo trutta yang beratnya masing-masing 0,2 kg (Handayani H dan Hastuti SD., 2002)
Pembesaran 10 Jenis Ikan Air Tawar kita bagi 2 (dua) golongan :
A. Budidaya Ikan Air Deras
B. Budidaya Ikan Golongan Air Tenang
A. Budi Daya Ikan Golongan Air Deras :
Ikan air deras adalah ikan yang tumbuh optimal bila dipelihara di aliran yang deras. Aliran air disebut deras apabila debitnya minimal 25 liter/detik. Debit optimal untuk pemeliharaan ikan adalah 50-100 liter/detik. Air yang mengalir deras mempunyai oksigen terlarut antara 6-8 ppm.
Ikan air deras biasanya hanya mempunyai insang sebagai alat pernafasan, tidak mempunyai labyrinth sebagai alat pernafasan tambahan. Ikan air deras mempunyai sirip ekor yang berbentuk cabang, bukan bulat. Contoh ikan air deras adalah ikan tawes, nilem, mas, patin, bawal. Ikan dengan sirip ekor bulat adalah ikan gurami, nila, sidat, lele, dan gabus. Ikan air deras bisa tumbuh optimal bila dipelihara pada air dengan aliran dan kaya oksigen. Walaupun demikian, ikan air deras juga bisa hidup di perairan tenang.
Tempat budi daya ikan air deras yang paling optimal adalah di tempat kolam air deras (KAD) maupun karamba yang dipasang di perairan yang dangkal dan mengalir deras.
I. Ikan Tawes
Ikan Tawes, Puntius javanicus, akan tumbuh dengan baik bila dibudidayakan di kolam air deras, karamba, maupun karamba jaring apung. Tawes merupakan ikan herbivora. Pakan buatan untuknya harus mengandung protein 25%. Tawes mempunyai beberapa nama daerah, yaitu : Bader Putih, di Madura : Badir, di Sumatera Barat : Taweh, Baru, di Sulawesi Selatan : Rampang, Kandia. Dalam bahasa inggris disebut Java Carp.
Di alam, ikan tawes biasa hidup disungai, danau, rawa, dan perairan umum lainya. ikan ini cenderung menyukai air jernih yang mengalir. penyebarannya meliputi sumatra, kalimantan, jawa, sulawesi, madura, bali, NTT, NTB, hingga papua. oleh sebab itu tawes disebut sebagai jenis ikan asli indonesia.
berdasarkan ilmu taksonomi, ikan tawes mempunyai hubungan kekerabatan dengan ikan mas maupun nilem, yaitu famili Cyprinidae.
klasifikasi ikan tawes secara lengkap adalah sebagai berikut:
Fillum : Chordata
Subfillum (anak fillum) : Vertebrata
Class (kelas) : Pisces
Sub Class (Sub Klas) : Actinopterygii
Inferior Class : Teleostei
Super order : Ostariophysi
Ordo (Bangsa) : Cypriniformes
Subordo (Anak Bangsa) : Cyprinoidea
Famili (Suku) : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus (Marga) : Puntius
Species (Jenis) : Puntius javanicus Bleeker
Tubuh ikan tawes pipih kesamping (Compressed). kulit ikan mempunyai sisik berwarna putih keperak-perakan dan berukuran besar. sisik tersusun teratur dari depan kebelakang. mulut berada diujung tengah kepala (terminal) dihiasi sungut (barbell) 2 pasang. sungut berukuran sangat kecil namun masih terlihat jelas dengan mata telanjang.
sirip bagian punggung (dosal fin) tegak dengan jari-jari sirip kuat. sirip ekor (analfin) tegak dengan lobus membulat. Tawes memiliki garis rusuk berjumlah 29-31 buah. panjang ikan ini bisa mencapai 52cm dengan berat 2kg/ekor. Dikolam budidaya, ikan tawes maksimal bisa mencapai berat 1kg/ekor (santoso, B., dan tata s, 2001)
Perairan yang disukai ikan tawes adalah perairan yang jernih gemericik dengan kandungan oksigen (O2) yang tinggi. ikan tawes juga bisa hidup danau maupun rawa, bahkan di air payau dengan silinitas 7 ppt.
Anak ikan tawes makan Zooplankton, seperti Brachionus sp, Dophnia sp, Monia sp, Cyclops sampai mencapai panjang 8cm. Ikan tawes adalah herbivora, makan tumbuh-tumbuhan berdaun lunak, rumput-rumputan, ganggang (Hydrilla verticillata), dan lumut sutera. Ikan tawes juga memakan serangga yang hidup di air dan darat.
Di kolam budidaya, karamba, atau KJA, ikan tawes bisa diberi daun tumbuhan lunak seperti daun singkong, labu siam, lumut, dedak halus, atau pakan buatan.
Di alam, ikan tawes berpijah pada permulaan musim hujan. Pemijahan terjadi pada pukul 19.00-20.00. Di kolam pemeliharaan, ikan tawes dapat dipijahkan sepnjang musim. Untuk berpijah, ikan tawes menyukai aliran masuk yang cukup deras dan air yang gemericik. Pemijahan dilakukan terhadap ikan tawes yang telah matang gonad. Untuk Tawes betina, matang gonad dicapai pada saat umur 12 bulan, sedangkan ikan jantan matang gonad pada umur 6-8 bulan.
Telur-telur yang baru dibuahi mempunyai diameter 1 mm, tetapi sesaat kemudian akan berkembang menjadi 2 mm. Berbeda dengan ikan gurami, mas/tobro, dan lele yang menempelkan telurnya pada subtrat/kakaban, telur ikan tawes melayang-layang diatas dasar kolam.
Seekor ikan tawes dapat menghasilkan 10.000 telur saat pemijahan pertama. Pada pemijahan berikutnya, jumlah telur akan mengalami penurunan. Setelah 6 kali berpijah, induk tawes harus di afkir karena sudah tidak produktif lagi. Kolam pemijahan berukuran 200-400 m2 dapat di isi 15-20 pasang induk. Kolam pemijahan ini juga bisa difungsikan sebagai tempat penetesan dan pendederan.
(Santoso, B., dan Tata S., 2001)
Ada beberapa jenis ikan tawes, yaitu :
1. Tawes biasa.
Jenis ini paling sering ditemui dan dibudidayakan, berwarna putih keabu-abuan. Sering tertangkap diperairan umum seperti sungai, danau, dan waduk.
2. Tawes kumpay.
Tawes ini mempunyai ciri yang specifik, yaitu adanya sirip dada dan sirip ekor yang panjang meliuk-liuk menyerupai selendang. Tawes ini bersisik kelabu. Saat ini jenis tawes kumpay sudah jarang ditemukan, baik di kolam budidaya maupun perairan umum.
3. Tawes silap.
Tawes jenis ini mempunyai sisik mengkilap putih keabu-abuan. Tawes jenis ini juga sudah jarang ditemukan sehingga pantas disebut langka.
4. Tawes bule.
Disebut tawes bule karena mempunyai sisik albino, tidak berpigmen. Warna sisik putih tidak berpigmen, Tawes bule termasuk jenis ikan yang langka.
Ikan tawes dapat dipelihara di daerah dengan ketinggian 50-800m dari permukaan laut (DPL). TUmbuh optimal pada ketinggian 50-500m dari permukaan laut (DPL). Ikan tawes dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-33 derajat celcius.
Tawes menghendaki air yang selalu mengalir deras (30-50 cm/detik), cukup mengandung oksigen (5-7 ppm), dasar kolam tidak berlumpur.
Agar budi daya ikan tawes mendatangkan keuntungan yang optimal maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
a. Tempat budi daya
Untuk budi daya pembesaran ikan tawes bisa menggunakan kolam air deras (KAD), karamba, maupun KJA. Pada budi daya dalam kolam air deras, hasilnya akan lebih baik bila kejernihan air terjaga, seperti didaerah pegunungan dengan suhu 20-33 derajat celcius. Ikan tawes juga bisa dipelihara dengan wadah karamba yang diletakan disungai atau saluran irigasi yang relatif jernih dan bebas dari limbah kimia berbahaya. Pada KJA, ikan tawes ditempatkan pada jaring apung bagian bawah (jaring kolor), sehingga dapat memanfaatkan sisa pakan dari budi daya ikan yang dipelihara di jaring atas.
Menurut penelitian Syandri, H.,2004, ikan tawes dan nilem yang di pelihara dengan sistem KJA di perairan Danau Maninjau, mempunyai allometrik positif (pertumbuhan berat tubuh lebih cepat daripada pertumbuhan panjang), tanpa memberi pakan buatan.
Di perairan Danau Maninjau yang sudah jenuh dengan bahan organik, plankton tumbuh sangat pekat, berwarna hijau. Ikan tawes dan nilem bisa tumbuh dengan baik dengan mengkonsumsi plankton: Ocillatoria, Mycrocystis, Spirullina, Nostoc. Hal ini menunjukan bahwa ikan tawes bersifat herbivora.
b. Benih
Saat ini benih ikan tawes yang dihasilkan oleh balai benih ikan (BBI) dan petani berasal dari indukan jenis lokal. Walaupun berasal dari jenis lokal, benih itu mempunyai kualitas yang baik untuk dibudidayakan.
Jumlah penebaran benih ikan tawes dengan bobot 20 gr/ekor yang dibudidayakan pada:
-Kolam Air Deras (KAD) : 125 ekor/m3
-Karamba : 100 ekor/m3
-Karamba Jaring Apung (KJA) : 100 ekor/m3
c. Pengelolaan pakan
Pemberian pakan harus dilakukan dalam jumlah yang tepat. artinya, pakan yang diberikan tidak boleh berlebih ataupun kurang. Bila pakan berlebih maka akan mengakibatkan memburuknya kualitas air akibat sisa pakan. Kekurangan pakan pun akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat.
Di kolam budi daya, karamba atau KJA, ikan tawes bisa diberi daun tumbuhan lunak seperti daun singkong, labu siam, lumut, dedak halus, ampas tahu, atau pakan buatan.
d. Pengelolaan Kualitas Air
Untuk pemeliharaan ikan tawes di kolam air deras maupun karamba, kualitas air yang digunakan untuk budi daya harus bener-bener diperhatikan. Sedang untuk budi daya pada KJA, lokasi perairan yang digunakan untuk budi daya tidak boleh melebihi 1% dari total luas peraiaran waduk, danau, atau rawa.
e. Pencegahan Penyakit
Pada budi daya di kolam air deras,budi daya di karamba yang diletakan di sungai, dan budi daya di KJA, airnya selalu mengalir dengan baik sehingga resiko serangan penyakit relatif rendah. Walaupun demikian petani ikan harus tetap waspada terhadap limbah ataupun zat kimia beracunyang sewaktu-waktu dapat mengancam kehidupan ikan budi daya.
II. Ikan Nilem
Ikan nilem, Osteochilus hasselti, hidup di Asia yaitu China (mekong), Malaysia (Peninsula), Indonesia (Sungai-sungai di sumatra, kalimantan dan jawa).
Nama asing ikan nilem : Nilem carp, Silver sharkminnow, Java karpe.
Nama lokal : Nilem, Wader jawa. Sumatera : Pawes, Pala. Kalimantan : Payau, Pajan.
Ikan nilem berkekerabat dengan ikan mas maupun tawes, yaitu family Cyprinidae.
klasifikasi nilem secara lengkap adalah sebagai berikut:
-Fillum : Chordata
-Subfillum (Anak Fillum) : Vertebrata
-Class (Kelas) : Pisces
-Sub Class (sub kelas) : Actinopterygii
Inferior Class : Teleostei
Super order : Ostariophysi
Ordo (Bangsa) : Cypriniformes
Subordo (Anak Bangsa) : Cyprinoidea
Famili (Suku) : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus (Marga) : Osteochillus
Species (Jenis) : Osteochllus Hasselti
Tubuh pipih memanjang, memiliki dua pasang sungut di kepala. Warna punggung coklat kehijauan, warna perut kemerahan. Sirip ekor, dubur, dan perut kemerahan. Ukuran tubuh maksimum dapat nencapai 35cm. Di habitat asli, ikan nilem hidup di sungai, danau dan rawa. Habitat yang paling disukai ikan ini adalah sungai berarus sedang dan berair jernih. Larva ikan yang baru menetas memakan plankton, alga bersel satu. setelah agak besar makan udang-udang kecil, daun air seperti ganggang Hydrilla sp, Uticularia sp.
Ikan nilem betina dapat dijadikan indukan saat usianya mencapai 1,5 sampai2 tahun. Postur tubuh indukan jantan lebih kecil. Bagian belakang kepala terlihat agak kasar. Bila diurut perutnya kearah bawah maka akan keluarkan cairan putih. Untuk pemijahan diperlukan sepasang indukan dalam satu kolam. Kolam pemijahan dibuat dari semen.
Menurut pembenih ikan nilem dari Bruno, purworejo, jawa tengah, waktu yang tepat untuk memijah adalah siang hari sekitar jam 12. Dasar kolam dari semen secara alami akan panas, pada saat tersebut dimasukan air ke dalam kolam.
Pada kolam pemijahan dipasang ijuk/kakaban, tempat menempelkan telur ikan. ijuk/kakaban diletakan 7cm dibawah permukaan air. setelah air kolam terisi, sepasang indukan di lepas, sambil terus mengalirkan air. Air yang hangat sangat disukai ikan untuk memijah. Keesokan harinya pada jam 5 pagi, indukan telah menempelkan telurnya. Satu indukan mampu bertelur 7000 butir. Telur yang menempel di ijuk harus diusahakan agar tidak saling menempel. telur-telur itu harus segera dipindahkan ke kolam penetasan. setelah menetas dan berusia 4hari, benih dibesarkan di kolam pembesaran benih. Indukan Nilem bisa bertelur 3 bulan sekali. setelah bertelur 6-8 kali, indukan harus diganti dengan yang baru.
Ikan nilem yang gampang dijumpai adalah nilem yang mempunyai sisik kehijauan. jenis ini yang sering dibudidayakan petani ikan di Bruno, purworejo. Konon di jawa barat pernah ditemukan nilem dengan sisik berwarna kemerahan. Ikan nilem baik dipelihara di daerah dengan ketinggian 150-1000 m DPL, namun idealnya pada ketinggian 800m DPL. menyukai air yang jernih dengan temperatur air 18-28 derajat celcius.
Budi daya ikan nilem hampir sama dengan budi daya ikan tawes, karena sama-sama herbivora yang menyukai air deras. ikan tawes dan nilem mempunyai kekerabatan, sama-sama masuk dalam family Cyprinidae.
Agar budi daya nilem mendatangkan keuntungan yang optimal maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
a.Tempat Budi Daya
Untuk budi daya pembesaran ikan nilem bisa menggunakan kolam air deras (KAD), karamba maupun KJA. Budi daya dengan kolam air deras lebih baik bila menggunakan air yang jernih seperti di daerah pegunungan dengan suhu 18-28 derajat celcius. ikan nilem juga bisa dipelihara di karamba. Sungai atau saluran irigasi yang digunakan untuk untuk meletakan karamba harus dipilih yang airnya relatif jernih dan bebas dari limbah kimia. Pada budi daya dengan KJA, ikan nilem dan tawes bisa ditempatkan pada jaring apung bagian bawah untuk memanfaatkan sisa pakan dari ikan yang dibudidayakan di jaring atas.
Ikan tawes dan nilem bisa tumbuh dengan baik dengan mengkonsumsi plankton: Ocillatoria, Mycricystis, Spirullina, Nostoc.
Menurut Syandri,H., 2004. diperairan Danau Maninjau yang jenuh dengan bahan organik sehingga plankton tumbuh subur, ikan tawes dan nilem tidak perlu lagi diberi pakan buatan.
b. Benih
Saat ini benih ikan nilem yang dihasilkan oleh balai benih ikan (BBI) dan petani benih berasal dari indukan jenis lokal. Walau begitu, benih yang dihasilkan sudah mempunyai kualitas yang baik untuk dibudi-dayakan.
Jumlah penebaran benih ikan nilem dengan bobot 3,5 gr/ekor (panjang 9cm) adalah:
-Kolam Air Deras (KAD) : 125 ekor/m3
-Karamba : 100 ekor/m3
-Kolam Jaring Apung (KJA) : 100 ekor/m3
c. Pengelolaan Pakan
Pakan harus diberikan dalam jumlah yang tepat, tidah boleh berlebihan maupun kurang. Pakan yang berlebih akan menurunkan kualitas air akibat sisa pakan, sedang kekurangan pakan akan mengakibatkan pertumbuhan ikan budidaya menjadi lambat.
Di kolam budi daya , karamba, atau KJA. ikan nilem dapat diberi pakan daun tumbuhan lunak seperti daun singkong, labu siam, lumut, dedak halus, ampas tahu,atau pakan buatan.
d. Pengelolaan Kualitas Air
Pemeliharaan ikan nilem di kolam air deras dan karamba harus memperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budi daya. sedangkan untuk budi daya pada KJA, lokasi perairan yang digunakan untuk budi daya tidak boleh lebih dari 1% dari total luas perairan.
e. Pencegahan Penyakit
Pada budi daya di kolam air deras, budi daya di karamba yang diletakan disungai dan saluran irigasi, dan budi daya di KJA, air selalu mengalir dengan baik sehingga resiko terkena serangan penyakit relatif rendah. Walaupun demikian petani tetap harus waspada terhadap senyawa kimia beracun.
Di alam, ikan tawes biasa hidup disungai, danau, rawa, dan perairan umum lainya. ikan ini cenderung menyukai air jernih yang mengalir. penyebarannya meliputi sumatra, kalimantan, jawa, sulawesi, madura, bali, NTT, NTB, hingga papua. oleh sebab itu tawes disebut sebagai jenis ikan asli indonesia.
berdasarkan ilmu taksonomi, ikan tawes mempunyai hubungan kekerabatan dengan ikan mas maupun nilem, yaitu famili Cyprinidae.
klasifikasi ikan tawes secara lengkap adalah sebagai berikut:
Fillum : Chordata
Subfillum (anak fillum) : Vertebrata
Class (kelas) : Pisces
Sub Class (Sub Klas) : Actinopterygii
Inferior Class : Teleostei
Super order : Ostariophysi
Ordo (Bangsa) : Cypriniformes
Subordo (Anak Bangsa) : Cyprinoidea
Famili (Suku) : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus (Marga) : Puntius
Species (Jenis) : Puntius javanicus Bleeker
Tubuh ikan tawes pipih kesamping (Compressed). kulit ikan mempunyai sisik berwarna putih keperak-perakan dan berukuran besar. sisik tersusun teratur dari depan kebelakang. mulut berada diujung tengah kepala (terminal) dihiasi sungut (barbell) 2 pasang. sungut berukuran sangat kecil namun masih terlihat jelas dengan mata telanjang.
sirip bagian punggung (dosal fin) tegak dengan jari-jari sirip kuat. sirip ekor (analfin) tegak dengan lobus membulat. Tawes memiliki garis rusuk berjumlah 29-31 buah. panjang ikan ini bisa mencapai 52cm dengan berat 2kg/ekor. Dikolam budidaya, ikan tawes maksimal bisa mencapai berat 1kg/ekor (santoso, B., dan tata s, 2001)
Perairan yang disukai ikan tawes adalah perairan yang jernih gemericik dengan kandungan oksigen (O2) yang tinggi. ikan tawes juga bisa hidup danau maupun rawa, bahkan di air payau dengan silinitas 7 ppt.
Anak ikan tawes makan Zooplankton, seperti Brachionus sp, Dophnia sp, Monia sp, Cyclops sampai mencapai panjang 8cm. Ikan tawes adalah herbivora, makan tumbuh-tumbuhan berdaun lunak, rumput-rumputan, ganggang (Hydrilla verticillata), dan lumut sutera. Ikan tawes juga memakan serangga yang hidup di air dan darat.
Di kolam budidaya, karamba, atau KJA, ikan tawes bisa diberi daun tumbuhan lunak seperti daun singkong, labu siam, lumut, dedak halus, atau pakan buatan.
Di alam, ikan tawes berpijah pada permulaan musim hujan. Pemijahan terjadi pada pukul 19.00-20.00. Di kolam pemeliharaan, ikan tawes dapat dipijahkan sepnjang musim. Untuk berpijah, ikan tawes menyukai aliran masuk yang cukup deras dan air yang gemericik. Pemijahan dilakukan terhadap ikan tawes yang telah matang gonad. Untuk Tawes betina, matang gonad dicapai pada saat umur 12 bulan, sedangkan ikan jantan matang gonad pada umur 6-8 bulan.
Telur-telur yang baru dibuahi mempunyai diameter 1 mm, tetapi sesaat kemudian akan berkembang menjadi 2 mm. Berbeda dengan ikan gurami, mas/tobro, dan lele yang menempelkan telurnya pada subtrat/kakaban, telur ikan tawes melayang-layang diatas dasar kolam.
Seekor ikan tawes dapat menghasilkan 10.000 telur saat pemijahan pertama. Pada pemijahan berikutnya, jumlah telur akan mengalami penurunan. Setelah 6 kali berpijah, induk tawes harus di afkir karena sudah tidak produktif lagi. Kolam pemijahan berukuran 200-400 m2 dapat di isi 15-20 pasang induk. Kolam pemijahan ini juga bisa difungsikan sebagai tempat penetesan dan pendederan.
(Santoso, B., dan Tata S., 2001)
Ada beberapa jenis ikan tawes, yaitu :
1. Tawes biasa.
Jenis ini paling sering ditemui dan dibudidayakan, berwarna putih keabu-abuan. Sering tertangkap diperairan umum seperti sungai, danau, dan waduk.
2. Tawes kumpay.
Tawes ini mempunyai ciri yang specifik, yaitu adanya sirip dada dan sirip ekor yang panjang meliuk-liuk menyerupai selendang. Tawes ini bersisik kelabu. Saat ini jenis tawes kumpay sudah jarang ditemukan, baik di kolam budidaya maupun perairan umum.
3. Tawes silap.
Tawes jenis ini mempunyai sisik mengkilap putih keabu-abuan. Tawes jenis ini juga sudah jarang ditemukan sehingga pantas disebut langka.
4. Tawes bule.
Disebut tawes bule karena mempunyai sisik albino, tidak berpigmen. Warna sisik putih tidak berpigmen, Tawes bule termasuk jenis ikan yang langka.
Ikan tawes dapat dipelihara di daerah dengan ketinggian 50-800m dari permukaan laut (DPL). TUmbuh optimal pada ketinggian 50-500m dari permukaan laut (DPL). Ikan tawes dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-33 derajat celcius.
Tawes menghendaki air yang selalu mengalir deras (30-50 cm/detik), cukup mengandung oksigen (5-7 ppm), dasar kolam tidak berlumpur.
Agar budi daya ikan tawes mendatangkan keuntungan yang optimal maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
a. Tempat budi daya
Untuk budi daya pembesaran ikan tawes bisa menggunakan kolam air deras (KAD), karamba, maupun KJA. Pada budi daya dalam kolam air deras, hasilnya akan lebih baik bila kejernihan air terjaga, seperti didaerah pegunungan dengan suhu 20-33 derajat celcius. Ikan tawes juga bisa dipelihara dengan wadah karamba yang diletakan disungai atau saluran irigasi yang relatif jernih dan bebas dari limbah kimia berbahaya. Pada KJA, ikan tawes ditempatkan pada jaring apung bagian bawah (jaring kolor), sehingga dapat memanfaatkan sisa pakan dari budi daya ikan yang dipelihara di jaring atas.
Menurut penelitian Syandri, H.,2004, ikan tawes dan nilem yang di pelihara dengan sistem KJA di perairan Danau Maninjau, mempunyai allometrik positif (pertumbuhan berat tubuh lebih cepat daripada pertumbuhan panjang), tanpa memberi pakan buatan.
Di perairan Danau Maninjau yang sudah jenuh dengan bahan organik, plankton tumbuh sangat pekat, berwarna hijau. Ikan tawes dan nilem bisa tumbuh dengan baik dengan mengkonsumsi plankton: Ocillatoria, Mycrocystis, Spirullina, Nostoc. Hal ini menunjukan bahwa ikan tawes bersifat herbivora.
b. Benih
Saat ini benih ikan tawes yang dihasilkan oleh balai benih ikan (BBI) dan petani berasal dari indukan jenis lokal. Walaupun berasal dari jenis lokal, benih itu mempunyai kualitas yang baik untuk dibudidayakan.
Jumlah penebaran benih ikan tawes dengan bobot 20 gr/ekor yang dibudidayakan pada:
-Kolam Air Deras (KAD) : 125 ekor/m3
-Karamba : 100 ekor/m3
-Karamba Jaring Apung (KJA) : 100 ekor/m3
c. Pengelolaan pakan
Pemberian pakan harus dilakukan dalam jumlah yang tepat. artinya, pakan yang diberikan tidak boleh berlebih ataupun kurang. Bila pakan berlebih maka akan mengakibatkan memburuknya kualitas air akibat sisa pakan. Kekurangan pakan pun akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat.
Di kolam budi daya, karamba atau KJA, ikan tawes bisa diberi daun tumbuhan lunak seperti daun singkong, labu siam, lumut, dedak halus, ampas tahu, atau pakan buatan.
d. Pengelolaan Kualitas Air
Untuk pemeliharaan ikan tawes di kolam air deras maupun karamba, kualitas air yang digunakan untuk budi daya harus bener-bener diperhatikan. Sedang untuk budi daya pada KJA, lokasi perairan yang digunakan untuk budi daya tidak boleh melebihi 1% dari total luas peraiaran waduk, danau, atau rawa.
e. Pencegahan Penyakit
Pada budi daya di kolam air deras,budi daya di karamba yang diletakan di sungai, dan budi daya di KJA, airnya selalu mengalir dengan baik sehingga resiko serangan penyakit relatif rendah. Walaupun demikian petani ikan harus tetap waspada terhadap limbah ataupun zat kimia beracunyang sewaktu-waktu dapat mengancam kehidupan ikan budi daya.
II. Ikan Nilem
Ikan nilem, Osteochilus hasselti, hidup di Asia yaitu China (mekong), Malaysia (Peninsula), Indonesia (Sungai-sungai di sumatra, kalimantan dan jawa).
Nama asing ikan nilem : Nilem carp, Silver sharkminnow, Java karpe.
Nama lokal : Nilem, Wader jawa. Sumatera : Pawes, Pala. Kalimantan : Payau, Pajan.
Ikan nilem berkekerabat dengan ikan mas maupun tawes, yaitu family Cyprinidae.
klasifikasi nilem secara lengkap adalah sebagai berikut:
-Fillum : Chordata
-Subfillum (Anak Fillum) : Vertebrata
-Class (Kelas) : Pisces
-Sub Class (sub kelas) : Actinopterygii
Inferior Class : Teleostei
Super order : Ostariophysi
Ordo (Bangsa) : Cypriniformes
Subordo (Anak Bangsa) : Cyprinoidea
Famili (Suku) : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus (Marga) : Osteochillus
Species (Jenis) : Osteochllus Hasselti
Tubuh pipih memanjang, memiliki dua pasang sungut di kepala. Warna punggung coklat kehijauan, warna perut kemerahan. Sirip ekor, dubur, dan perut kemerahan. Ukuran tubuh maksimum dapat nencapai 35cm. Di habitat asli, ikan nilem hidup di sungai, danau dan rawa. Habitat yang paling disukai ikan ini adalah sungai berarus sedang dan berair jernih. Larva ikan yang baru menetas memakan plankton, alga bersel satu. setelah agak besar makan udang-udang kecil, daun air seperti ganggang Hydrilla sp, Uticularia sp.
Ikan nilem betina dapat dijadikan indukan saat usianya mencapai 1,5 sampai2 tahun. Postur tubuh indukan jantan lebih kecil. Bagian belakang kepala terlihat agak kasar. Bila diurut perutnya kearah bawah maka akan keluarkan cairan putih. Untuk pemijahan diperlukan sepasang indukan dalam satu kolam. Kolam pemijahan dibuat dari semen.
Menurut pembenih ikan nilem dari Bruno, purworejo, jawa tengah, waktu yang tepat untuk memijah adalah siang hari sekitar jam 12. Dasar kolam dari semen secara alami akan panas, pada saat tersebut dimasukan air ke dalam kolam.
Pada kolam pemijahan dipasang ijuk/kakaban, tempat menempelkan telur ikan. ijuk/kakaban diletakan 7cm dibawah permukaan air. setelah air kolam terisi, sepasang indukan di lepas, sambil terus mengalirkan air. Air yang hangat sangat disukai ikan untuk memijah. Keesokan harinya pada jam 5 pagi, indukan telah menempelkan telurnya. Satu indukan mampu bertelur 7000 butir. Telur yang menempel di ijuk harus diusahakan agar tidak saling menempel. telur-telur itu harus segera dipindahkan ke kolam penetasan. setelah menetas dan berusia 4hari, benih dibesarkan di kolam pembesaran benih. Indukan Nilem bisa bertelur 3 bulan sekali. setelah bertelur 6-8 kali, indukan harus diganti dengan yang baru.
Ikan nilem yang gampang dijumpai adalah nilem yang mempunyai sisik kehijauan. jenis ini yang sering dibudidayakan petani ikan di Bruno, purworejo. Konon di jawa barat pernah ditemukan nilem dengan sisik berwarna kemerahan. Ikan nilem baik dipelihara di daerah dengan ketinggian 150-1000 m DPL, namun idealnya pada ketinggian 800m DPL. menyukai air yang jernih dengan temperatur air 18-28 derajat celcius.
Budi daya ikan nilem hampir sama dengan budi daya ikan tawes, karena sama-sama herbivora yang menyukai air deras. ikan tawes dan nilem mempunyai kekerabatan, sama-sama masuk dalam family Cyprinidae.
Agar budi daya nilem mendatangkan keuntungan yang optimal maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
a.Tempat Budi Daya
Untuk budi daya pembesaran ikan nilem bisa menggunakan kolam air deras (KAD), karamba maupun KJA. Budi daya dengan kolam air deras lebih baik bila menggunakan air yang jernih seperti di daerah pegunungan dengan suhu 18-28 derajat celcius. ikan nilem juga bisa dipelihara di karamba. Sungai atau saluran irigasi yang digunakan untuk untuk meletakan karamba harus dipilih yang airnya relatif jernih dan bebas dari limbah kimia. Pada budi daya dengan KJA, ikan nilem dan tawes bisa ditempatkan pada jaring apung bagian bawah untuk memanfaatkan sisa pakan dari ikan yang dibudidayakan di jaring atas.
Ikan tawes dan nilem bisa tumbuh dengan baik dengan mengkonsumsi plankton: Ocillatoria, Mycricystis, Spirullina, Nostoc.
Menurut Syandri,H., 2004. diperairan Danau Maninjau yang jenuh dengan bahan organik sehingga plankton tumbuh subur, ikan tawes dan nilem tidak perlu lagi diberi pakan buatan.
b. Benih
Saat ini benih ikan nilem yang dihasilkan oleh balai benih ikan (BBI) dan petani benih berasal dari indukan jenis lokal. Walau begitu, benih yang dihasilkan sudah mempunyai kualitas yang baik untuk dibudi-dayakan.
Jumlah penebaran benih ikan nilem dengan bobot 3,5 gr/ekor (panjang 9cm) adalah:
-Kolam Air Deras (KAD) : 125 ekor/m3
-Karamba : 100 ekor/m3
-Kolam Jaring Apung (KJA) : 100 ekor/m3
c. Pengelolaan Pakan
Pakan harus diberikan dalam jumlah yang tepat, tidah boleh berlebihan maupun kurang. Pakan yang berlebih akan menurunkan kualitas air akibat sisa pakan, sedang kekurangan pakan akan mengakibatkan pertumbuhan ikan budidaya menjadi lambat.
Di kolam budi daya , karamba, atau KJA. ikan nilem dapat diberi pakan daun tumbuhan lunak seperti daun singkong, labu siam, lumut, dedak halus, ampas tahu,atau pakan buatan.
d. Pengelolaan Kualitas Air
Pemeliharaan ikan nilem di kolam air deras dan karamba harus memperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budi daya. sedangkan untuk budi daya pada KJA, lokasi perairan yang digunakan untuk budi daya tidak boleh lebih dari 1% dari total luas perairan.
e. Pencegahan Penyakit
Pada budi daya di kolam air deras, budi daya di karamba yang diletakan disungai dan saluran irigasi, dan budi daya di KJA, air selalu mengalir dengan baik sehingga resiko terkena serangan penyakit relatif rendah. Walaupun demikian petani tetap harus waspada terhadap senyawa kimia beracun.
Bos.. Setiap bulan dan tanggal brapa ikan nilem bertelur???
BalasHapus