Selain masalah-masalah teknis dan alam, ternyata masalah yang juga ikut mendorong terjadinya penurunan produksi adalah :
- Kurangnya Bimbingan dan pembinaan terhadap petambak dan pengelola perikanan. Disini khususnya adalah petambak tradisional dimana komponen masyarakat inilah yang seharusnya mendapat prioritas untuk dibina dan di bimbing, baik secara tehnologi maupun budidayanya. Kenyataan saat ini walaupun kemauan kearah situ ada, tetapi secara realita di lapangan ternyata bbelum terwujud, sebagai contohnya adalah sedikitnya jumlah PPL perikanan yang bertugas mendampingi petambak. Antara jumlah PPL dan petambak sangat tidak berimbang (jawa:njomplang), Sehingga 1 orang PPL harus mengurusi puluhan bahkan hingga ratusan petambak dengan areal yang cukup luas. Dengan kondisi ini juga dapat menyebabkan kurangnya sosialisasi tehnologi-tehnologi baru ke para petambak kita.
- Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang dan budaya masyarakat yang sulit menerima tehnologi baru. Hal ini terkait dengan tingkat pendidikan rata-rata petambak kita yang masih rendah, dan budaya feodal yang melekat pada kebanyakan insan masyarakat kita. Kadang kalau mereka sudah meyakini dengan para pendahulunya maka akan sangat sulit bagi mereka untuk menerima teknologi baru.
- Budaya Pasrah Terhadap Nasib. Inilah budaya yang membuat sebagian masyarakat kita sulit untuk diajak maju, karena mereka meyakini bahwa jika mereka gagal dalam budidaya, itu sudah menjadi nasibnya. Padahal sesuai dengan ajaran agama ; Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang jika orang itu tidak mau merubah nasibnya sendiri.
0 Response to "Tehnologi SDM dan Budaya Perikanan"
Posting Komentar