BUDIDAYA IKAN SIDAT

Ikan Sidat ( Anguilla marmorata, Anguilla bicolor ) mempunyai nama daerah sidat, ulin, lumbon, pelus (jawa), Moa, lobang, larak, denong, gatedng, mengaling, lara, luncah dan sigili. dalam bahasa inggris disebut Giant mottled Eel.

Di dunia terdapat 350 jenis ikan sidat, 19 jenis diantaranya terdapat di indonesia. namun demikian hanya 2 jenis yang sering dibudidayakan yaitu sidat kembang ( Anguilla marmorata ) dan sidat anjing ( Anguilla bicolor )

Daging ikan sidat mempunyai rasa yang khas dan sangat lezat sehingga sangat diminati. Kandungan gizi daging sidat relatif lebih tinggi dibanding dengan ikan lain. Daging sidat mengandung vitamin A 4.700IU/100 gram, sedangkan hati sidat mengandung Vitamin A 15.000 IU/100 gr. bandingkan dengan mentega yang kandungan vitaminnya hanya 1.900 IU/100gr. kandungan DHA sidat 1.337 mg/100gr, ikan salmon 820 mg/100gr, ikandungan EPA sidat 742 mg/100gr, ikan salmon 492 mg/100gr.

Orang Jepang sangat menyukai sidat, yang diolah menjadi masakan khas Jepang : Kabayaki. Setiap tahun masyarakat jepang mengadakan acara makan sidat yang disebut DOYO NO USHI NOHI.

Budi daya sidat di Karawang berhasil mengembangkan dua species lokal, yaitu sidat kembang (Anguilla marmorata) dan sidat anjing (Anguilla bicolor), dan satu species introduksi dari australia, Anguilla autralis occidentalis. pada bulan agustus 2009 telah dimulai ekspor sidat yang dilepas oleh menteri kelautan dan perikanan Freddy Numberi.

Di perfektur Shizuoka, sebelah barat daya Tokyo, dipulau Honsu, Jepang, budi daya sidat sudah dikelola dengan baik. di Jepang budidaya sidat dilakukan disekitar danau yang airnya tergolong payau dengan membesarkan sidat muda (elver) hasil tangkapan. Sidat muda ditangkap dimuara sungai saat hendak memasuki perairan air tawar.

Ikan sidat terdapat disungai-sungai besar di Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Ada 350 jenis sidat di dunia. di Indonesia, sidat tersebar disungai-sungai yang mengalir menuju laut dalam seperti din pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Fillum                                             : Chordata
Sub Fillum                                      : Vertebrata
Class ( kelas )                                : Pisces
Ordo  ( bangsa )                            : Anguiliformes
Famili ( Suku )                               : Angulidae
Genus (marga )                             : Anguilla
Species ( jenis )                             : Anguilla marmorata, Anguilla bicolor

Tubuh sidat seperti belut, panjang dan licin. Perbedaan sidat dengan belut, sidat mempunyai sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor yang sempurna, sedangkan belut tidak mempunyainya.

Sidat dewasa bisa mencapai bobot 25 kg, panjang 160 cm, dengan garis tengah 7,5cm. Sidat kecil hidup diperairan tawar seperti di sungai, danau, waduk, kolam, dan sawah. Setelah dewasa sidat bermigrasi ke lautan dalam untuk memijah. sifat ini disebut katadromous.

Sidat bermigrasi ke laut yang dalam, sidat mengalami perubahan warna tubuh, penurunan bobot dan panjang tubuh karena tidak makan. setelah selesai memijah, induk akan mati. induk sidat yang langsung mati setelah memijah sampai kini masih merupakan misteri alam yang belum terungkap. di cekungan laut anak-anak sidat yang berukuran 5mm tinggal dan setelah berukuran 25mm naik ke perairan diatasnya dan akan naik lagi setelah berukuran 45mm. Saat berukuran 75mm barulah anak sidat itu mencapai muara sungai.

Anak sidat yang baru menetas yang awalnya tidak berpigmen ( glass eel ), akan berusaha mencapai muara sungai dan kemudian menyusuri sungai yang merupakan habitat induknya dahuli berada.
Sidat merupakan ikan nokturnal, aktif di malam hari dan istirahat di siang hari. karena tubuhnya memanjang seperti belut, sidat sangat pandai berenang di tempat yang sempit ataun melewati lobang di kolam. sidat termasuk ikan pemakan daging ( karnivora ). pada budidaya intensif, sidat bisa diberi pakan buatan dengan kadar protein tinggi.

Sampai saat ini untuk persediaan bibit ikan sidat masih mengandalkan tangkapan dari alam. bibit sidat sangat melimpah terutama pada sungai-sungai yang bermuara di samudera/laut dalam, seperti sungai di pantai selatan jawa maupun sungai disisi barat sumatra.

Penangkapan sidat dilakukan dengan bubu, perangkap ikan yang berbentuk corong kerucut. bubu dibungkus dengan kasa plastik agar bibit sidat tidak bisa lolos. mulut bubu menghadap ke hilir, ke arah muara. bubu diletakan terapung sedikit, tidak boleh terendam semuanya. bagian dalam bubu di isi umpan daging, ikan, telor yang dibungkus kain supaya tidak tergerus air. telur atau   daging busuk pun masih bisa digunakan. bubu di periksa setiap pagi.

Penelitian penangkapan larva sidat yang dilakukan Agung Budiharjo pada bulan april hingga oktober 2007, di trisik muara sungai progo, yogyakarta, berhasil menangkap jenis Anguilla bicolor bicolor, Anguilla bicolor pasifica, Anguilla marmorata, Anguilla celebensis.

Hasil penelitian tersebut, 2498 ekor larva tertangkap, 55,44% adalah jenis Anguilla marmorata, sidat kembang. puncak migrasi terjadi pada bulan mei ( 25,2%). waktu migrasi berdasarkan peredaran bulan adalah pada bulan gelap (89,3%). waktu migrasi berdasarkan jam, yaitu pukul 24:00 - 02:00wib (75,7%). pada saat laut akan pasang larva sidat lebih banyak yang migrasi.

Species sidat yang terdapat di Indonesia ada enam yaitu Anguilla Marmorata, Anguilla celebensis, Anguilla ancentralis, Anguilla bornensis, Anguilla bicocor bicolor, Anguilla bicolor pacifica. Dari enam tersebut yang sering di budidayakan di Indonesia adalah Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor. Di negara lain, species yang sering dibudidayakan adalah  Anguilla anguilla (Eropa), Anguilla rostrata (amerika), Anguilla australis accidentalis ( Australia dan Selandia Baru ), Anguilla japonica (Japan ).

Sidat pada fase larva disebut glass eel. Karena belum mempunyai pigmen. larva sidat hidup di air payau. sidat muda pada fase juvenil dan fingerlink sudah mampu hidup di air tawarbaik di dataran rendah atau pun dataran tinggi.sidat bisa hidup di dataran tinggi batu raden dan sudah di budidayakan di dataran tinggi magelang.

Jepang, China, dan Italia sudah lama membudidayakan sidat. budidaya sidat di indonesia masih dalam tahap pengembangan. budidaya sidat di mulai di tambak apndu kerawang, milik departemen perikanan dan kelautan. dalam skala kecil masyarakat juga sudah membudidayakan sidat.

Agar budi daya sidat dapat menguntungkan, hal-hal yang perlu diperhatikan :

A. Benih
Benuh sidat yang digunakan untuk budi daya ada 3 macam :
1. Elvers atau glass eel, mempunyai berat 0,15 gr ( 1kg berisi 6000 ekor ). dibesarkan di kolam semen dengan salinitas 3-6 ppt. untuk membesarkan sidat dengan ukuran ini diperlukan pengetahuan yang lebih banyak tentang sidat mengingat kondisinya yang masih rawan. padat tebar elvers yang dipelihara pada kolam-kolam kecilberpompa aerator adalah 2000 ekor/m2.
2. Juvenil berat 3gr. kepadatan tebar pada kolam kecil 50 ekor / m2.
3. Finger link berat 15-20 gr hingga mencapai ukuran konsumsi. padat tebar 5 ekor/m2. beni9h sidat untuk pembesaran yang biasa dipakai untuk budidaya adalah ukuran finger link. dari ukuran 20 gr dalam waktu 8 bulan bisa mencapai 900 gr / sidat.

B. Tempat Budi Daya
Untuk budai daya pembesaran sidat bisa menggunakan kolam air tenang (KAT) dengan dinding bambu dan kontruksi semen di maksudkan agar sidat tidak bisa lolos keluar. Di Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah, budidaya sidat dilakukan di kolam terpal dengan kontruksi bambu dengan ukuran 4x5 m2. Untuk menjaga agar kandungan oksigen terpenuhi, petani menggunakan pompa aerator kecil yang biasa dipakai akuarium. Kolam dengan kontruksi bambu yang dilapisi terpal bisa dibuat dihalaman rumah maupun di dalam rumah.  kolam dari terpal ini lebih ekonomis. Budidaya yang lebih intensif  dengan investasi besar bisa dilakukan  di keramba  jaring apung yang ditempatkan di waduk atau danau. untuk menjaga agar sidat tidak lolos, ukuran mata jaring dan ukuran bibit perlu diperhatikan. selain itu juga perlu diberi lapisan hapa mengelilingi jaring apung.

C. Pengelolaan Pakan
Saat bibit sidat masih berupa larva/ elvers/ glass eel, pakan yang diberikan adalah cacing tubifex atau cacing sutra. cacing diberikan pada wadah, saat sidat sudah mencapai ukuran 15-20gr, sidat bisa diberi pakan alami berupa keong mas yang telah di hilangkan cangkangnya dan dicacah halus. menurut Sutejo, koordinator petani ikan sidat di mertoyudan, magelang, sidat dari dari ukuran finger link bisa tumbuh baik dengan pakan keong mas yang dicacah. untuk mempercepat pertumbuhan sidat, Sutejo melakukan pergantian air secara berkala.
Selain diberi pakan segar alami, sidat juga bisa diberi pakan buatan. pakan buatan diberikan dalam bentuk pasta yang dibuat dari campuran dedak ditambah dengan bahan sumber protein hewani. Sumber protein hewani yang bisa dijadikan pakan adalah keong mas, limbah pengolahan ikan air tawar atau laut, udang-udangan, ternak hewan dan cacing tanah.
Menurut Affandi, R,Et al, 1998/1999, pakan buatan dapat diformulasikan dalam bentuk pasta.
Formulasi bahan pakan buatan adalah sebagai berikut :
- Kandungan protein  pakan buatan       = 45 %
- Rasio energi : Protein                           = 8
- Vitamin                                                 = 2 %
- Mineral                                                 = 2 %
Jumlah pakan harian yang diberikan 6-8 % dari total biomass.
sebagai contoh, bila dalam satu kolam ada 100 ekor sidatv dengan rata-rata berat 100gr, berarti total biomass adalah 10 kg. total pakan yang diberikan tiap hari adalah 6% x 10 kg. pakan yang 0,6kg itu dibagi berapa kali frekuensi pemberian pakan dalam satu hari. pemberian pakan dapat dilakukan dua kali, yaitu pagi hari jam 06 : 00WIB dan malam hari jam 21 : 00 WIb. saat diberi pakan di malam hari, ikan sidat muncul ke permukaan air, karena sidat bersifat nokturnal, aktif di malam hari.

D. Pengelolaan Kualitas Air.    
Petani ikan sidat kebanyakan menggunakan kolam terpal dengan kontruksi bambu ukuran 4x5 m2. untuk menambahkan pasokan oksigen pompa air kecil yang biasa dipakai di akuarium. untuk kolam 4x5 , pompa aquarium yang dipasang ada 2 buah.
Untuk memberi kadar garam/ salinitas digunakan garam krosok 0,5kg tiap bulan sekali. selain bisa mempercepat pertumbuhan ikan, garam krosok berfungsi sebagai pengendali parasit jamur yang bisa menyerang , misalnya white spot.
Kualitas air ( pH, kadar amonia dan lain-lain)  menjadi lebih stabil dengan menggunakan TON ( Tambak Organik Nusantara)  NASA seminggu sekali. caranya dengan menebar langsung ke air budi daya sebanyak 1 sendok makan. menurut penuturan Sutejo, dengan memakai TON NASA, nafsu makan ikan jadi meningkat, pertumbuhan ikan menjadi lebih cepat, air budi daya tidak berbau amis.
Air budi daya diganti secara total setiap 2 bulan sekali. caranya, dengan mengeluarkan seluruh airv dengan pompa air akuarium, tanpa mengangkat sidat, air bening dari sumber air kemudian di masukan sampai ketinggian 50 cm.

E. Pencegahan Penyakit
Untuk mengantisipasi munculnya penyakit, pergantian air secara total dan pemberian garam krosok 0,5 kg tiap kolam ukuran 4x5 m2 sudah cukup baik. dengan pemakaian TON ( Tambak Organik NASA) seminggu sekalin maka kualitas  air , seperti pH , maupun kadar amonia, cenderung berada pada kisaran yang baik sehingga ikan tidak stress. bahkan ikan bisa tumbuh lebih cepat. 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "BUDIDAYA IKAN SIDAT"

Posting Komentar