Pembesaran Ikan Dengan Teknologi Organik

Pembesaran ikan air tawar merupakan kegiatan budidaya ikan air tawar untuk
mendapatkan hasil panen yang layak konsumsi atau dapat dipasarkan kepada konsumen. Budidaya pembesaran ikan secara organik memberikan pengaruh yang positif bagi kesehatan konsumen. Hal ini karena penggunaan sarana budidaya tanpa bahan kimia. Budi daya ikan secara organik akan berdampak bagi perbaikan ekosistem kelestarian lingkungan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, budidaya ikan air tawar di lakukan dengan pengelolaan kualitas air yang baik, pengelolaan pemberian pakan dan pengendaliaan hama penyakit sehingga ikan tumbuh optimal dan menguntungkan secara ekonomi.
Pedoman umum kegiatan budidaya pembesaran ikan air tawar secara organik adalah sebagai berikut :
  1. Persiapan wadah/tempat budidaya.
  2. Penebaran benih ikan.
  3. Pengelolaan air.
  4. Pengelolaan pakan.
  5. Pengendaliaan hama penyakit.
  6. Pemanenan.
Berikut ini dibahas urutan budidaya pembesaran ikan air tawar secara ringkas dan padat. Pembahasan di sini disajikan secara umum untuk berbagai jenis ikan air tawar. Penjelasan lebih detil disajikan pada bab tersendiri.


A. Persiapan Tempat Budidaya
Budidaya pembesaran ikan air tawar dapat dilakukan dikolam/empang, karamba, KJA. persiapan tempat budidaya bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang baik agar ikan dapat tumbuh secara optimal.

1. Persiapan Kolam/Empang
Kolam yang habis dipakai untuk budidaya pasti kotor dan berbau. Untuk menyediakan lingkungan yang baik untuk budidaya selanjutnya maka harus dilakukan persiapan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Pengangkutan lumpur hitam
Lumpur hitam merupakan tumpukan bahan organik yang berasal dari sisa pakan, kotoran ikan, dan tumpukan plankton yang mati (klekap). Lumpur hitam ini mengandung senyawa bahaya, antara lain amonia (NH3), hidrogen sulfida (H2S), senyawa pirit, dan senyawa racun lainya. Lumpur hitam biasanya berada di caren dan kowean. Untuk menghilangkan senyawa beracun berbahaya tersebut, lumpur hitam harus diangkat dan di letakan di pinggir pematang, lumpur hitam itu akan kering oleh panas matahari sehingga senyawa berbahaya akan terurai dan beberapa lama kemudian akan menjadi tanah.

b. Pengeringan
pengeringan dasar kolam bertujuaan untuk mengistirahatkan lahan budidaya, membunuh kuman penyakit dari jenis bakteri, jamur maupun virus dengan bantuan panas, intensitas matahari dengan berbagai panjang gelombang, menghilangkan senyawa beracun, dan mempercepat proses mineralisasi sisa bahan organik. Pengeringan mutlak perlu dilakukan dalam persiapan lahan, selama 1-2 minggu. Lama pengeringan tergantung kondisi cuaca. Pengeringan dikatakan berhasil apabila tanah di dasar kolam tampak retak-retak.

c. Perbaikan Pematang Dan Saluran Air
Saat kolam tidak terisi air, bersamaan dengan pengeringan perlu dilakukan perbaikan saluran dan pematang yang bocor atau longsor. Kebocoran pada pematang disebabkan oleh kepiting, belut, ataupun ular.Pematang yang longsor perlu dibenahi dengan diratakan kembali.

Perbaikan saluran pemasukan (inlet) dan saluran pembuangan (outler) sekaligus dilakukan saat kolam kering. Saluran maupun saluran pengeluaran perlu diperdalam lagi apabila mengalami pendangkalan.

d. Penyebaran Kapur Dan Terapi Kolam
Penebaran kapur, dolomite, zeolite, dan terapi kolam budidaya dengan TON NASA (Tambak Organik Nusantara - NASA).

Penyebaran kapur dilakukan bersamaan dengan pengeringan kolam. Pengapuran penting dilakukan terutama pada kolam pemeliharaan yang ber-pH rendah agar tanah bisa naik sesuai kebutuhan hidup optimal bagi ikan. Tanah dengan pH 4,5-5 sangat berbahaya bagi ikan dan dapat menyebabkan kematian jasad renik, termasuk plankton. Kisaran pH yang baik budidaya ikan 6,5-8,5, tergantung jenis ikan budidayanya.

Selain menaikan pH tanah,  pengapuran juga bertujuan:
  1. Membunuh hama penyakit ikan.
  2. Mempercepat dekomposisi sisa bahan organik menjadi nutrien.
  3. Mengikat zarah lumpur yang melayang-layang dalam air sehingga air bisa menjadi jernih.
  4. Mengikat kelebihan CO2 yang dihasilkan proses respirasi/pernapasan ikan maupun jasad renik dan penguraian limbah organik.
Jenis kapur yang dipakai meliputi:
  • Kapur pertaniaan (CaCO3)
  • Kapur tohor (CaO)
  • Kapur mati Ca(OH)2
  • Dolomite CaMg(co3)2
Dolomite mengandung unsur Mg. Jadi selain dapat menaikan pH air, dolomite juga berfungsi untuk menahan pH air dan memberikan unsur Mg yang sangat penting untuk pertumbuhan pakan alami yaitu fitoplankton.

Selain kapur dan dolomite, juga perlu ditaburkan zeolite (Si3Al)O4 yang mengandung unsur silikat (Si) dan kalsium (Ca). Struktur kristal zeolite adalah tetrahedral yang memiliki pori dan kation yang diperlukan. Unsur silikat sangat penting untuk menetralisir senyawa beracun seperti NH3, H2s dan pirite.

Kapur dolomite dan zeolite adalah hasil penambangan di daerah pegunungan. Indonesia kaya raya akan tambang tersebut. Kapur berwarna putih, dolomite berwarna putih keruh / kecoklatan, dan zeolite berwarna abu-abu atau hijau abu-abu.

Kebutuhan kapur dolomite untuk ditebar ke dasar kolam adalah 50 kg/1000 m2. Jadi kapur 50kg, dolomite 50 kg. Dosis ini tergantung kondisi pH dasar kolam. Apabila pH sangat rendah, misalnya 6, harus diberikan kapur dan dolomite lebih banyak. Sedangkan untuk zeolite cukup 25 kg/1000 m2.

Setelah diberi kapur dolomite dan kapur zeolite, dasar kolam juga diberi terapi lahan dengan nutrisi organik TON (Tambak Organik Nusantara). Dosis aplikasi Pupuk TON adalah 1 - 2 botol (isi 250 gram) per 1000 m2.


upupk ton tambak organik nusantara

Terapi dasar dengan Pupuk TON sangat membantu untuk mengurai sisa bahan organik yang mengandung NH3, pirite dan H2S. Selain mengurai sisa bahan organik, Pupuk TON juga menyediakan nutrisi penting yang menumbuhkan plankton sebagai bahan makanan alami.

Adanya plankton, selain sebagai bahan pakan alami, juga untuk menekan pertumbuhan mikrobia sumber penyakit. Saat fitoplankton tumbuh subur, mikrobia yang merugikan akan terhambat perkembangannya.

e. Pengolahan Tanah
Pengelolaan tanah setelah pengapuran dan penebaran TON dimaksudkan agar kapur, dolomite, zeolite, dan TON bisa tercampur merata pada lapisan oleh tanah. Selain itu penelolaan tanah juga bertujuan untuk menggemburkan tanah, membuang gas beracun agar lepas ke udara, dan terjadi proses oksidasi karena bersentuhan dengan udara. Pengolahan tanah bisa dilakukan dengan cangkul ataupun traktor tangan dengan kedalaman sekitar 20 cm.

f. Pemupukan
Pemupukan sangat berguna untuk pemberian nutrisi bagi pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton sebagai pakan alami.Ketersediaan pakan alami sangat penting dan dibutuhkan terutama pada stadia benih. Pupuk yang diberikan bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan un-organik. Pupuk organik adalah pupuk kandang yang sudah jadi, baik berasal kotoran sapi, kambing, muapun ayam. Pupuk kandang yang sudah jadi mempunyai ciri-ciri tidak berbau dan tidak menimbulkan panas saat ditumpuk. Dosis pemupukan dengan pupuk kandang adalah 100 Kg/m2.

Untuk mempercepat tumbuhnya pakan alami yang berupa plankton maka sangat bagus jika menggunakan pupuk organik cair NASA (POC NASA). POC NASA bisa mempercepat tumbuhnya plankton, karena unsur organik yang dikandungnya sudah berupa ion. Pupuk organik cair bisa dimanfaatkan langsung oleh plankton untuk berkembangbiakan sel tanpa harus menunggu penguraiaan lebih lanjud. Sedangkan pupuk kandang tidak bisa langsung digunakan, karena masih harus menunggu proses penguraian oleh jasad renik. Dosis penggunaan POC NASA adalah 1 botol 500 cc/1000 m2.

Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan menyebarkan secara merata pada dasar kolam atau diletakan/dionggokkan di beberapa tempat di tepi kolam dengan menggunakan wadah karung.
Cara mengaplikasikan POC NASA adalah dengan mengecerkan dengan air, yang mana 1 botol POC NASA 500 cc diecerkan dengan air sebanyak 50 liter dan kemudian disiramkan secara merata ke dasar tambak seluas 1000 m2.

g. Pengisian air kolam
pengisian air kolam dilakukan setelah kegiatan pengangkutan lumpur hitam, pengapuran, pengelolaan tanah dan pemupukan selesai. Pengisian air dilakukan dengan membuka pipa goyang pada saluran inlet. pada ujung peralon tempat menyemburnya air hendaknya di beri strimin agar air yang masuk terhindar dari ikan liar, kepiting, dan kotoran. Pengisian kolam pertamakali dilakukan  hingga ketinggian 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari. Tujuannya adalah agar kapur, dolomite, zeolite, dan terapi kolam TON bereaksi. Kolam kemudian diisi hingga ketinggan 50 cm. Dengan adanya nutrisi, dalam waktu 7-10 hari kolam akan berubah warna menjadi kehijauan sehingga sinar matahari di kolam sudah mulai terhalang oleh fitoplankton.

Ketinggian air kolam terus diperhatikan setinggi 50 cm hingga penebaran benih. Maksudnya agar benih ikan lebih mudah mencapai permukaan untuk mendapatkan pakan yang diberikan ataupun oksigen. Ketinggian air kolam ditambah secara berkala sesuai pertumbuhan berat dan ukuran ikan. Ketinggian ideal untuk budidaya pembesaran ikan adalah 100-120 cm.

2. Persiapan Karamba Untuk Budidaya
Setelah karamba di buat sesuai keinginan, cek lagi apakah kondisi karamba meyakinkan untuk digunakan. Pengecekan ini penting untuk mengantisipasi gangguan dan hal-hal yang tidak diinginkan. Pengecekan wajib dilakukan terutama untuk karamba yang sudah digunakan berulang kali. Bila sudah di cek karamba kemudian diletakkan di perairan dengan menggunakan patik penahan atau jangkar yang kuat. Bersihkan lingkungan di sekitar karamba dari tumpukan sampah karena dapat menjadi sumber bibit jasad renik penyebab penyakit.
Untuk kelangsungan budidaya, pastikan bahwa sungai atau saluran irigasi yang akan digunakan untuk meletakan karamba bebas dari pencemaran bahan kimia. Hal ini perlu dilakukan karena sungai maupun saluran irigasi merupakan perairan umum yang terbuka bagi siapa saja.

3 .Persiapan Karamba Jaring Apung
Untuk memulai budidaya dengan sistem karamba jaring apung, pastikan bahwa semua kontruksi KJA sudah siap 100%. Kontruksi KJA meliputi kerangka, pelampung, jangkar, jaring wadah budidaya, jalan pengawasan (deck), gudang, dan pontoon/perahu, dan sarana perikanan lainnya.
Karena memakai perairan umum perizinan di lokasi waduk/danau/rawa harus didapatkan dari lembaga yang berwenang. Selain itu faktor keamanan juga harus diantisipasi. Sanitasi lingkungan KJA harus diperhatikan dengan seksama agar tidak menjadi sumber penyakit.

Untuk budidaya yang intensif, kualitas air harus diperiksa terlebih dahulu. Bila kualitas air memang memenuhi syarat, budidaya bisa dilanjudkan. pengecekan kualitas air di perairan umum seperti waduk/rawa/danau semestinya menjadi hal yang pertama kali dilakukan saat hendak melakukan budidaya dengan KJA pada suatu tempat. Langkah berikutnya baru menguruys perizinan dan pembuatan kontruksi KJA.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Pembesaran Ikan Dengan Teknologi Organik"

  1. Saya tertarik dengan artikel yang ada di website anda yang berjudul " PEMBESARAN IKAN DENGAN TEKNOLOGI ORGANIK " .
    Saya juga mempunyai artikel yang sejenis dan mungkin anda minati. Anda dapat mengunjungi di Pusat Studi Elektronika by Universitas Gunadarma

    BalasHapus